Berbagai liputan dan opini para pakar tentang kasus ini sudah banyak beredar di berbagai media. Artikel ini tidak bermaksud pro maupun kontra kepada salah satu pihak manapun. Sudut pandangnya adalah: bagaimana jika saya punya anak remaja yang ingin mengendarai mobil/motor?
Lagi-lagi, di negeri ini di setiap permasalahan di sektor/bidang apapun yang mencuat mengemuka menjadi rasan-rasan tingkat nasional, ketika berusaha diuraikan akar dan pokok permasalahan, selalu yang ditemukan adalah kompleksitas masalah. Selalu, tidak ada satu-satunya pihak yang bisa dituding dan dituntut sebagai penyebab utama. Selalu, ditemukan banyak pihak-pihak yang berkontribusi dalam kesalahan dan permasalahan tersebut. Selalu, fenomena yang muncul hanyalah sebuah ‘puncak gunung es’ yang berarti yang lain yang belum terungkap masih jauh lebih massif.
Oleh karena tidak adanya satu pihak tunggal yang bisa dijadikan pesakitan maka otomatis tidak ada satu pun pihak yang akan dengan ksatria tampil ke panggung patriotisme untuk berseru, “Sayalah yang bertanggung jawab!”
Dalam kasus Dul, tindakan cepat Ahmad Dhani dan Maia Estianty yang mengakui perbuatan anaknya, bertanggung jawab secara moril kepada para keluarga korban, dan mematuhi proses hukum di kepolisian layak mendapatkan apresiasi yang tinggi. Orang khilaf yang segera mengaku salah lebih cepat dan mudah mendapatkan maaf dan simpati dari pihak lain. Berbeda sekali dari tokoh-tokoh publik lain, yang jangankan baru berstatus tersangka oleh KPK, sudah divonis bersalah di Mahkamah Agung, masih saja pandai bersilat lidah mengaku tak bersalah, berakting sebagai hamba beriman yang menjadi korban kedholiman, dan menuntut hak-hak azasinya di depan kamera tivi melebihi ‘dosa-dosa’ hukumnya kepada negara. lanjutkan