h1

Renungan Di Pesisir Kenjeran: Antara Magnetisme dan Homoseksualitas-Lesbianisme

10 Juli 2015

Memasuki bulan Ramadhan 1436 H ini umat Islam khususnya dan umat beragama pada umumnya kembali mendapat tantangan berat. Mahkamah Agung Amerika Serikat mengesahkan pernikahan pasangan sesama jenis baik dari kalangan homoseksual maupun lesbian. Bagi para pelakunya, putusan MA tersebut dianggap sebagai kemenangan besar.

Andaikan keputusan itu dikeluarkan oleh Mahkamah Agung sebuah negara yang bernama Mikronesia, Vanuatu, Fiji, atau negara-negara kecil lainnya, tentu tak akan mendapatkan sambutan yang luar biasa. Namun, karena yang mengeluarkan adalah lembaga hukum tertinggi di negara adidaya, ya beginilah gegap gempitanya. Siapapun maklum bahwa Amerika Serikat menjadi kiblat dunia untuk urusan kehidupan duniawi.

Sebagai muslim, kisah Nabi Luth AS sudah sangat cukup dijadikan dalil tentang cinta yang model begitu itu. Bahwa keharaman aktifitas seksual sesama jenis bersifat mutlak. Tafsir dari para ulama juga jelas membantah pernyataan bahwa kaum Nabi Luth AS diazab bukan karena orientasi seksualnya, akan tetap karena telah melecehkan malaikat yang diutus menemuinya.

Saya tidak terkejut jika pada akhirnya negara seperti AS melegalkan pernikahan sesama jenis. Beberapa negara sudah melakukannya lebih awal dan pasti akan segera disusul oleh negara lainnya. Dari sudut pandang negara yang berideologi sekuleris-atheistik tentu pelegalan pernikahan sesama jenis hanyalah hal yang biasa-biasa saja. Tak lebih dan tak kurang merupakan pemenuhan hak bagi warga negaranya dan bentuk kewajiban negara untuk melayani seluruh warga negaranya tanpa memandang latar belakangnya. Pelegalan pernikahan sesama jenis itu sama sekali bukan dalam perspektif agama, namun semata-mata urusan catatan sipil dimana isu utamanya terkait dengan hak waris.

Tapi, tentu akan amat sangat sangat sangat konyol jika pelegalan itu dilakukan oleh agama. Karena, apa perlunya kaum homoseks dan lesbian berurusan dengan agama??? Lha wong, gaya hidupnya itu menyimpang dan melawan larangan Tuhan. Kalau pun mereka ngotot ingin mendapatkan legalisasi dari agama, maka saran terbaik dari saya adalah membuat agama sendiri yang bisa mereka atur-atur sesuai kebutuhannya sendiri.

Langkah membuat agama sendiri bagi kaum homo dan lesbi itu jauh lebih efisien ketimbang mengutak-atik ajaran agama-agama yang sudah ribuan tahun mapan. Akan ada milyaran pemeluk agama di seluruh dunia yang menentang. Belum lagi resiko berhadapan dengan segelintir penganut agama yang militan yang ‘berani mati’ demi membela agamanya. Jika ternyata memang ada agama mapan yang melegalkan, wooooow itu bonus yang luar biasa bagi kaum homo dan lesbi. Ya sudah, sana berduyun-duyunlah pindah agama ke yang itu.

Cukup…

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk melaknat, menghujat, dan mengutuk kaum homo-lesbi ataupun mendoakan kehancuran bagi mereka. Karena itu semua sudah dilakukan oleh ALLAH Swt. Kalau sudah ALLAH yang turun tangan sendiri, ngapain saya yang cuma seorang penduduk pesisir Pantai Kenjeran ikut-ikutan??!

Karena melaknat, menghujat, mengutuk, dan menghancurkan kaum homo-lesbi sudah menjadi bagiannya ALLAH, maka bagian kita, sebagai umat terbaik, adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dengan jalan yang baik dan sikap yang empatik.

Pemikiran yang saya bagi berikut ini hanya ditujukan kepada para sahabat sesama penyeru kebenaran (dalam ruang lingkup tanggung jawabnya masing-masing) dan para rekan yang sementara ini berorientasi seksual sesama jenis namun menyadari bahwa ‘ada yang salah’ pada dirinya dan bertekad untuk kembali ‘ke jalan yang benar’.

***

Saya mengajak pembaca melakukan kilas balik sejenak ke pelajaran IPA tentang kemagnetan. Mengapa? Karena jenis kelamin manusia yang hanya dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan, kerap dianalogikan dengan kutub-kutub pada magnet yang juga hanya dua jenis, yaitu utara (U) dan selatan (S). Sifat alamiah ketertarikan secara seksual manusia pada manusia lain yang berbeda jenis kelamin dianalogikan dengan sifat tarik-menarik pada kutub-kutub magnet yang tak sejenis (U-S dan S-U). Sebaliknya, sifat alamiah ketidaktertarikan secara seksual manusia pada manusia lain yang berjenis kelamin sama dianalogikan dengan sifat tolak-menolak pada kutub-kutub manget yang sejenis (U-U dan S-S).

Uniknya, penganalogian orientasi seksual manusia dengan kutub magnet juga (sepertinya) bisa dilakukan pada hal lainnya, yaitu:

  • Metode pembuatan magnet dapat dianalogikan dengan metode terapi penyembuhan ketertarikan seksual pada sesama jenis;
  • Cara menghilangkan sifat kemagnetan dapat dianalogikan dengan bagaimana sejarahnya seseorang terjerumus menjadi penyuka sesama jenis.

Hanya bahan yang bersifat ferromagnetik yang dapat dibuat magnet, besi dan baja adalah dua contoh terpopuler dari bahan jenis ini. Benda yang belum memiliki sifat magnet pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi magnet. Secara mikro, partikel-partikel penyusun benda tersebut dipol magnetnya belum terorientasi pada arah yang sama.

120212_0334_Magnet26

(courtesy of: kanggurufisika.com)

Ketiga langkah di atas pada prinsipnya adalah menyearahkan orientasi dipol magnet dari partikel-partikel penyusun benda. Dengan orientasi/arah dipol yang sama maka ‘daya’ magnet benda menjadi terarah dan saling menguatkan. Salah satu ujung benda akan menjadi kutub U sedangkan ujung lainnya menjadi kutub S.

Saya menganggap orang yang menyukai sesama jenis adalah seperti benda ferromagnetik yang belum terarah orientasi dipol magnetnya. Agar terarah, maka langkah-langkah berikut ini patut dicoba:

  1. Menggosokkan magnet yang sudah jadi dengan benda ferromagnetik yang belum jadi pada arah yang konsisten. Artinya, para ulama (magnet yang sudah jadi) harus memahamkan (menggosok) para penyuka sesama jenis (bahan ferromagnetik yang belum jadi) dengan cara yang tepat dan berkesinambungan.
  2. Induksi, yaitu mendekatkan magnet yang sudah jadi kepada bahan ferromagnetik yang belum jadi. Artinya, agar orientasi seksualnya berada pada arah yang benar, para penyuka sesama jenis (bahan ferromagnetik yang belum jadi) harus sering-sering bergaul (berdekatan) dengan orang-orang yang paham agama dan berorientasi seksual yang lurus (magnet yang sudah jadi).
  3. Mengalirkan arus DC, yaitu bahan ferromagnetik yang belum jadi dililiti kawat konduktor lalu dialiri arus listrik searah (DC). Artinya, para penyuka sesama jenis (bahan ferromagnetik yang belum jadi) harus dilibatkan terus menerus dalam aktifitas keagamaan/ibadah (dililiti kawat konduktor) dengan mendapatkan bimbingan yang intensif dari ulama (dialiri arus DC).

Sebaliknya, pada saat belajar tentang kemagnetan kita juga mengetahui tindakan-tindakan seperti apa yang membuat sebuah benda yang aslinya memiliki sifat magnet menjadi kehilangan kemagnetannya.

menghilangkan-sifat-magnet (twentyonetwenty.wordpress)

(courtesy of: twentyonetwenty.wordpress.com)

Para pakar sepakat, bahwa pada manusia dengan susunan genetik kelamin normal (XX pada perempuan dan XY pada laki-laki) sifat menyukai sesama jenis tidak berasal dari genetika atau bawaan lahir (genotip). Sifat tersebut didapat dari pengalaman hidup (fenotip) yang dialaminya sejak lahir. Dimulai dari penanaman identitas gender yang salah lalu berujung pada orientasi seksual yang salah pula. Magnet yang dipukul, dibakar, dan dialiri arus AC (bolak-balik, bertukar polaritas) yang dapat diibaratkan orang yang mengalami ‘kekerasan’ dalam proses perkembangan gendernya.

Tentu analogi yang saya paparkan dalam tulisan ini terasa tidak terlalu pas. Orientasi seksual seseorang tidaklah benar-benar mirip dengan orientasi dipol magnet pada bahan ferromagnetik. Saya hanya berusaha membuat model berpikir yang sederhana. Hal ini saya lakukan berangkat dari rasa iba kepada para penyuka sesama jenis akan besarnya dosa yang mereka tanggung di akhirat jika mereka keukeuh melanjutkan gaya hidup dengan orientasi seksual yang dilarang oleh ALLAH Swt. Lha wong, yang suka kepada lawan jenis tapi caranya salah pun terancam dosa, apalagi yang model begituan.

Saya memilih untuk merasa iba ketimbang menghabiskan energi untuk melaknat, menghujat, dan mengutuk. Karena saya pikir, para penyuka sesama jenis adalah orang yang kehilangan arah sebagaimana bahan ferromagnetik yang arah dipol-dipol magnetnya tidak karuan. Melaknat, menghujat, dan mengutuk para penyuka sesama jenis tidak akan membuat orientasi seksualnya terarah. Justru akan seperti bahan ferromagnetik yang dipukul, dibakar, atau dialiri arus AC yang hanya akan membuat dipol-dipol magnentnya makin kehilangan orientasi yang benar.

Wallahu’alam

Just a thought

Tinggalkan komentar